Feb 14 2025
Meskipun pemerintah berusaha untuk menjaga stabilitas fiskal, terdapat beberapa tantangan yang perlu diperhatikan terkait keberlanjutan hutang negara, di antaranya:
Saat ini, Bank Indonesia dan perbankan menjadi pembeli terbesar SBN, yang pada satu sisi memberikan stabilitas dalam pasar obligasi, tetapi di sisi lain menciptakan ketergantungan besar terhadap institusi dalam negeri. Hal ini juga mengurangi independensi Bank Indonesia dalam menjalankan kebijakan moneter yang seharusnya fokus pada inflasi dan nilai tukar, bukan pada pembiayaan fiskal pemerintah.
Fenomena meningkatnya dana masyarakat Indonesia yang disimpan di luar negeri menunjukkan rendahnya kepercayaan terhadap stabilitas ekonomi dalam negeri. Jika ini terus berlanjut, tekanan terhadap rupiah dan pasar modal Indonesia dapat meningkat dalam jangka panjang.
Banyak proyek yang didanai dengan hutang memiliki tingkat pengembalian investasi (ROI) yang rendah, sehingga beban pembayaran hutang terus meningkat tanpa diimbangi oleh pertumbuhan ekonomi yang signifikan. Jika hal ini terus terjadi, Indonesia berisiko masuk dalam lingkaran hutang yang semakin sulit dikendalikan.
Kebijakan hutang yang bergantung pada SBN dinilai lebih menguntungkan segelintir kelompok pemilik modal, terutama investor besar dan institusi keuangan, sementara daya beli masyarakat serta sektor riil stagnan. Oleh karena itu, perlu adanya audit terhadap:
Agar hutang negara tetap berada dalam batas aman dan memberikan manfaat ekonomi yang lebih luas, beberapa langkah strategis perlu diterapkan: